That’s why I like her..

Namanya Lia. Peneliti muda dari LIPI Malang. Saya mengenalnya saat saya masih berseragam putih abu-abu. Sekian tahun berlalu dan saya bersyukur persahabatan kita masih erat sampai detik ini, meskipun saya dan Lia tidak berada di kota yang sama. Saya harus berterima kasih kepada tekhnologi. Karenanya konsep global village* kini tidak lagi sekedar jargon. Kecanggihan piranti digital membuat jarak yang terbentang terasa tak berjarak.

Lia yang saya kenal adalah pribadi yang menyenangkan. Pintar, idealis, berpengetahuan luas, pekerja keras sejati. Dalam beberapa hal saya dan Lia merupakan pribadi yang bertolak belakang. Selayaknya hitam-putih, siang-malam, panas-dingin. Namun dalam beberapa hal kami juga mempunyai banyak kesamaan, terutama di point passion dalam menulis, keinginan untuk melanjutkan study di benua seberang dan juga impian tentang pangeran tampan berbaju zirah dengan kuda putihnya.
Sungguh, saya belajar banyak dari perkawanan saya dengan Lia.

***
Dan beberapa waktu kemarin saya sempat kesal. Salah seorang teman mengeluhkan tentang tulisan-tulisan saya. In short, dalam pandangannya, tulisan saya tidak berbobot. In my defense, my writings are none of your business. Tapi ya tetap saja saya sempat ngedrop. Sempat merasa sia-sia telah menulis. Sempat terpikir untuk berhiatus lagi, tak akan menulis untuk jangka waktu yang lama.
Untunglah ada Lia. Percakapan di bilik maya beberapa malam silam kembali menumbuhkan passion saya untuk kembali menulis. Dengan gaya komentarnya yang sarkas nan cerdas, dia mampu membangkitkan kepercayaan diri saya untuk menulis, yang sebelumnya hancur berkeping-keping (sounds like Betharia Sonata ya..).
She said ‘salah dewe repot moco’.
Yes girl, I got your point.
That’s why I like her… 🙂

*Global Village (term), a term commonly used to describe the societal and cultural effects of telecommunications. (Source:wikipedia)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

2 thoughts on “That’s why I like her..

Leave a reply to lia Cancel reply