If Only

Kemarin malem abis makan seafood enak, segar dan murah meriah di bilangan ragunan, kita ngobrol. Something deep. No, it’s not about wedding thingy yang bikin gue stress dan kecapekan. Told ya, this was what the doctor said to me last night 😦

Out of sudden, we talked about if only-topics.

Her Story.

If only, gue ga dicampakkan sama mantan.

I was soooo hurt back then, so I decided to erase all things related to him. Termasuk pindah kerja juga. Demi menghindari ingatan-jam-segini-biasanya-dia-sms/telpon/ym/email-nanyain-gue-sedang-ngapain-di-kantor. Ridiculous, now I can say. Back then, it felt like hell. Gue masih inget aja, ada waktu2 tertentu di kantor, yang mana gue nangis kejer aja gitu. Tanpa ujan, tanpa angin. Malu abis kalo diinget2.

If only, gue betah di ind*%@@!.

Mungkin gue masih berada di sana, salah satu konglomerasi besar di dunia persilatan. Posisi aman dan nyaman. Tapi dengan career path yang mentok aja. Dan tetep dengan drama soal mantan dong ya.. When I decided to resign, banyak yang menyayangkan. Resign dari perusahaan besar, di mana ratusan orang ngantri buat bisa kerja di sana, ga salah lo? I stood up high, and I said no. *gaya bener* 😀

If only, gue masih di competitor.

Yes, dulu gue resign karena gue dapet tawaran dari perusahaan competitor, yang ga kalah besar juga. Better position, better benefits. Why not? Jiwa muda gue *tsaaah yang bergolak pun bilang ambil aja, ambil aja. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampai kan. Pindah kerjaan, benefit lebih bagus, daaaaan sekalian mengaburkan ingatan soal mantan. *teteup yaa motivasinya. Higher salary comes with higher pressure and responsibility. Ini yang di awal gue agak lupa. Tekanan pekerjaan dan printilannya  yang kalo gua kelamaan bisa bikin depresi, ngebuat gue resign akhirnya. Asli kalo sekarang diinget2 ceiyem abis cynttt.. gila ya, tiap hari pp, rumah-kantor-rumah bisa sampe 5-6 jam/hari, demi kantor yang di ujung-super ujung berung jekardah sono, kerja lembur sampe malem, ga jarang sabtu-minggu masuk. telepon soal kerjaan di jam2 ga waras, tengah malem buta. Pernah sekali waktu, gue lembur hari sabtu, minggunya juga masuk. Sampe jam berapa? Jam 11 malem sodara2. Nangis gue waktu itu. Nyari duit kok ya gini2 amat. Masih inget banget gue, saat birthday gateway di Lombok, ditelpon2in aja soal kerjaan. Bye bye menenangkan dan menyenangkan diri.  Signing off then.

If only gue ga resign.

Kemana gue berlabuh? Di perusahaan pma trading yang nekad menghire gue jadi sales, marketing, purchasing, dan ob. Multitasking abis. Sekantor cuman berempat cynttt… good lesson nya adalah gue belajar banyaaak soal purchasing dan printilannya. Dari sini lah gue dapet modal buat apply ke perusahaan lain jadi procurement.

If only gue ga nyasar di Pulo Gadung

September taun kemarin gue menclok di pulo gadung. Berbekal ilmu dari perusahaan sebelumnya, gue pun siap perang. Hihihi…

Hari pertama masuk, diajaklah gue meeting dengan product team. Cowok cakep yang gue pikir anak magang, saking boyish look-nya, dikenalkan sebagai assisten product manager. Gue ga pernah nyangka, cowok inilah yang kelak ngelamar gue, minta gue jadi istrinya, jadi ibu dari anak-anaknya, jadi bestest friend in his life.

His story

If only gue anak orang  kaya.

Gue bukan anak orang kaya akan materi. This is the fact I wont deny. Gue harus bersyukur, meskipun bukan dari keluarga kaya, gue masih bisa bersekolah di sekolah bagus dan favorit di Surabaya. SD sampe SMA.

Selepas SMA, karena keterbatasan dana, gue melamar bekerja di salah satu toko retail yang saat ini sedang ramai menjamur. Dengan bekal ijazah SMA gue, gue diterima menjadi pelayan. Beberapa tahun di bekerja di sana, akhirnya gue meraih posisi tertinggi. Menjadi store manager. Posisi yang akhirnya gue tinggalkan karena satu dan lain hal.

If only gue ga jualan burger.

Selepas resign dari toko retail, gue nyoba buka usaha. Outlet burger kecil berhasil gue miliki. Selama beberapa waktu, usaha gue berkembang. Sampe gue punya outlet di deket kampus ITS. Gue ga pernah nyangka, dari hasil ngobrol2 ringan dengan salah satu pembeli yang ternyata mahasiswa ITS, gue berhasil masuk ITS. Setelah melalui serangkain test.

If only gue ga kuliah di ITS.

Saat2 kuliah adalah saat2 penuh perjuangan buat gue. Karena konsekwensi gue kuliah adalah gue ga  bisa kerja penuh waktu lagi. Beruntung gue bisa nyelesein sks demi sks. Tibalah saatnya tugas akhir. Yang biasanya menguras banyak uang. Lagi2 gue beruntung, saat mengerjakan tugas akhir, ada pengumuman dari Dikti, bahwa Dikti akan membiayai tugas akhir untuk proposal tugas akhir yang terpilih. Bersama temen gue, gue memberanikan ngajuin proposal TA gue. Dan disetujui. Presentasi TA gue di Jakarta, di hotel Sahid tepatnya.  TA gue diputuskan sebagai TA terbaik saat itu. Di saat yang bersamaan gue bertemu dengan boss gue sekarang,  yang juga senior gue di kampus. Beliau menjadi salah satu tamu pada acara presentasi tersebut. Perbincangan singkat yang kemudian mengantar gue bekerja di Jakarta, Pulo Gadung tepatnya.

If only gue ga kerja di Pulo Gadung.

Gue inget, saat itu ada product training. Gue baru aja masuk, setelah beberapa waktu sebelumnya dibiayain kantor untuk ngambil sertifikasi welding engineer. Ada karyawan baru yang background-nya ga nyambung dengan pekerjaannya. Nih anak bisa apa sih? Batin gue saat itu.

Gue nggak tau kalo orang kalo karyawan baru yang sempet gue ragukan kemampuannya, adalah other half gue yang selama ini gue cari.

Our Story

Flash back tentang if-only-evidence di atas, betapa ya skenario Alloh maha luar biasa dalam menjadikan kami sebagai pasangan. Runtutan benang merah yang pada akhirnya bersimpul di pernikahan. Pertama dan terakhir bagi kami. InsyaAlloh. Aamiin.

keep holding on!
keep holding on!

“The couple who prays together – stays together.”

-Unknown

**originally written on someday on September 2013

5 thoughts on “If Only

    • ya ampun mbak memes.. dunia sempit amat yak. dulu aku di pulo ayang, sukaaa banget makan soto ceker di rawa terate, depan tvone. jangan2 dulu kita pernah ketemu lagi? 😀
      sekarang aku di radiodalam mbak, suami masih di kawasan 😉

Leave a comment